MAsjid Al-Munawwir Krapyak Foto dipinjam dari http://yusufanas.blogspot.com/2012/09/nasionalisme-ala-santri-santri-krapyak.html |
Gaes, kali ini saya mau
melaporkan hal yang ga mikir dan dengan gaya ngepop ala-ala hipwee. Ga perlu mikir EYD
dan tanda baca. Ini tentang pondok yang saya huni selama enam tahun. Iya,
pondok ini menjadi saksi mengapa saya sampai menghabiskan masa kuliah 13
semester. You will see how comfort my surrounding is! Anw, ini perspektif yang
relatif subjektif. Santri putra dan santri komplek lain pasti punya pandangan
lain tentang hal yang saya sebutkan ini. Mengapa Krapyak istimewa?
1. Lokasinya di Jogja
Pondok
Krapyak adalah pondok yang paling dekat posisinya dengan pusat kota. Ke
alun-alun kidul yang terkenal dengan tantangan jalan tutup mata itu jaraknya
sekitar 2-3 km. Bagi anak Krapyak, arti alkid yang penting bukan tutup matanya.
Itu kan khas wisatawan banget. Alkid adalah tempat kumpul bareng kalau
teman-teman lagi ada waktu senggang bersama dan juga alternatif kalau bosen
sama menu sarapan sekitar Krapyak. Biasanya setelah modus jogging, mereka (atau
kami) sangat bersemangat merogoh kocek buat beli lontong opor, bubur ayam, nasi
kuning, dan susu segar hangat di sisi barat dan timur alun-alun. Kalau sore, alkid
memberikan desir yang mistis dan melegakan di antara lalu-lalang motor, suara
lagu anak dari odong-odong, dan becak sepeda yang mulai menyalakan kerlip
lampu.
Selain
itu, malioboro juga magnet tersendiri. Karena jaraknya ga jauh, menurut saya,
itu yang bikin toko baju sekitar Krapyak ga laku-laku amat. Santri Krapyak
lebih pilih ke Beringharjo dan pertokoan malbor sekalian jalan-jalan.
Yang
paling penting, karena Jogja adalah surga perguruan tinggi. Sebagian besar
santri Krapyak yang dewasa memilih mondok di Krapyak juga sekalian kuliah. Ada
yang ke UIN Suka, UGM, UNY, UMY, Alma Ata, STIKIP PGRI, Stikes Yogyakarta, dan lain-lain.
Tapi sebagian juga ada yang mondok aja buat ngaji kitab salaf dan tahfidz
Quran.
2. Mbah Moenawwir dan Mbah Ali Maksum
Kiai
Moenawwir adalah pendiri pertama pondok Krapyak. Sama seperti Mbah Nur Iman
Mlangi, ketika itu sebagian keluarga bangsawan Kraton yang mendalami agama
memilih keluar dan mencari tanah lain yang berkembang menjadi pesantren. Siapa
yang belajar mengaji Al-Quran atau menghafalnya di Krapyak sanadnya jelas,
mengikut sanad beliau. Salah satu putri beliau, Mbah Nyai Hasyimah, menikah
dengan pemuda cemerlang asal Lasem, Rembang, Kiai Ali Maksum. Mbah Ali masyhur
sebagai sosok Kiai yang ‘alim dan open minded. Di bawah kepemimpinan Mbah Ali,
santri-santri yang kini menjadi tokoh nasional berkembang. Di antaranya, Gus Dur, Gus Mus,
Kiai Said Agil, Kiai Masdar Farid, dan banyak lagi. Haul beliau berdua biasanya
diperingati bersamaan dengan wisuda Quran santri hafidz-hafidzoh.
3. Kamus Al-Munawwir dan Syi’ir Asmaul Husna
Kamus
Al-Munawwir yang digunakan oleh sebagian besar santri di Indonesia itu disusun
oleh KH. Warson Moenawwir, salah satu putra Mbah Moenawwir. Cara membaca kamus
ini mesti disertai dengan pengetahuan dasar tentang shorof. Karena kelompok
kata yang digunakan sebagai pedoman pencarian adalah kata kerja lampau (fi’il
madli). Dari situ baru diturunkan ke sejumlah kata benda dan frasa. Jadi kalau
yang awam bahasa arab, menggunakan kamus ini tentu agak kesulitan. Tapi ada
alternatif lain dari Krapyak, Kiai Attabik dan Pak Zuhdi menyusun kamus
Al-‘Ashr yang disusun dengan gaya kontemporer.
Selain
itu, di sekitar Krapyak juga sering didengungkan syi’ir Asmaul Husna ijazah
dari Abah Kiai Ali Maksum, yaitu Kiai
Maksum Lasem. “Bismililahi wa bihi badana – walau ‘abadna ghairahu lasyaqina
– ya habbadza rabban wa hubba diina – wa habbadzan muhammadun hadiina – laulahu
maa kunna wa laa baqiina”. Uniknya, dalam satu baris, terdapat lima
penggalan kalimat, tidak seperti nadzom alfiyah, imrithi, atau maulid diba’ dan
banyak syi’ir lainnya yang sebaris terdiri dari dua penggalan kalimat.
4. Banyak Pilihan Program
Pondok
Krapyak terdiri dari dua yayasan, yaitu Yayasan Al-Munawwir dan Yayasan Ali
Maksum. Dua yayasan ini satu keluarga besar. Keduanya mengembangkan model
pesantren yang agak berbeda. Al-Munawwir tidak menyediakan sekolah formal,
kecuali belakangan ada SMK. Fokus pondok Al-Munawwir mengaji kitab-kitab salaf,
salah satunya direpresentasikan oleh Ma’had Aly Al-Munawwir yang legendaris
diasuh dan diajar langsung oleh KH. Zainal Abidin Munawwir Allah yarham sebelum
beliau wafat. Di Munawwir juga ada tiga
komplek tahfidz, yaitu Hufadz I dan Hufadz II, serta Q6 yang terletak di
komplek Q khusus putri. Bagi yang tidak
kuliah, ada program ngaji pagi, bagi yang kuliah, mereka mengikuti ngaji di
malam hari.
Sementara
itu, Yayasan Ali Maksum menyediakan sekolah formal seperti MTs dan MA juga SMP
dan SMA. Meski kedua kelompok sekolah itu sejenis, tapi fokus dan manajemen
penyelenggaranya berbeda. Yayasan Ali Maksum juga menyediakan sejumlah komplek
khusus mahasiswa dan komplek tahfidz. Uniknya, komplek-komplek di Krapyak
sebagian besar disebut dengan huruf, meskipun tidak lengkap dan tidak urut A-Z.
Misalnya, komplek AB, komplek D, komplek IJ, Komplek L, Komplek N, komplek H,
komplek GP, Komplek Q, komplek R, komplek T, dan seterusnya. Ada juga yang
tidak pakai huruf seperti Komplek Nurus Salam, Komplek Hufadz, dan Komplek
Hindun. Masing-asing komplek diasuh oleh
pengasuh yang berbeda dan punya karakter khas. Persis seperti kata KH.
Zamakhsyari Dhofir, jumlah jenis pesantren itu sejumlah kiai/bunyainya. Tiap
pesantren itu otentik.
5. Ustadz Pesantren Kelas Universitas
Selain
Ma’had Aly yang memang tingkatnya advance dan dulu diasuh langsung oleh
Kiai Zainal dan sekarang oleh ustadz-ustadz senior, beberapa komplek di Krapyak
juga mendapat pengajaran dari ustadz yang sekaligus dosen di UIN Suka. Di
antaranya yang masyhur adalah Dr. Hilmi Muhammad, Dr. Phil. Sahiron Syamsudin
dan Dr. Abdul Mustaqim, kebetulan ketiganya dari jurusan Tafsir Al-Quran dan
Hadist. Tapi hampir seluruh ustadz di Krapyak juga mengenyam pendidikan
universitas sehingga insight yang sampaikan kepada santri sangat kaya. Beberapa
ustadz di Krapyak juga lebih suka memberikan keterangan yang panjang daripada maknani
isi kitab banyak, meskipun yang sebaliknya juga tidak sedikit.
6. Warung yang super enak dan murah
Kalau
sudah ngomongin warung di Krapyak, buanyaaak macamnya. Sebut saja Tenda Biru,
Lengko, Cuwiri, Bu Berkah, angkringan Agus, angkringan depan Kopontren, SOS,
pecel lele Handayani, penjara, burjo, dan banyak warung langganan santri putra
yang saya tidak tahu lokasi dan namanya. Yang pasti, semuanya harganya
terjangkau, menggoyang lidah, dan bikin kenyang. Masing-masing warung itu juga
punya ciri khas tersendiri. Di warung Tenda Biru atau Tenbi misalnya, menu ayam
tusuk pedas manis, ayam ijo, telur pedas, tumis kangkung, dan lain-lain disukai
santri putri dan putra. Sorenya, Tenbi
ini juga berubah wujud jadi angkringan yang tidak lupa juga menyediakan
berbagai macam nasi kucing dan lauk-pauk. Sedaaaap lah pokoknya. Barangkali
nyaris ga ada santri Krapayak yang kurang gizi :D
7. Tidak Berpagar
Selain
komplek N, tidak ada komplek yang berpagar besi dan dikunci. Komplek N pun
hanya dikunci mulai menjelang maghrib saja setelah itu dibuka kembali untu
lalu-lalang ustadz yang hendak mengajar. Lokasi pondok Krapyak juga membaur
dengan kampung sekitar. Awal saya ke Krapyak, saya heran kok banyak orang
kampung sliwar-sliwer lewat depan pondok (khususnya gang mawar, masuk ke Ali
Maksum). Tidak tahunya itu memang jalan kampung. Tembok pesantren langsung
berjejer dengan tembok tetangga sekitar. Ini kelebihan sekaligus kelemahan.
Dengan tidak adanya gerbang yang memagari pesantren, pondok Krapyak tidak
mengeksklusi diri terhadap warga sekitar. Tetapi keamanan jadi sulit terpantau.
Beberapa kali terjadi kasus pencurian yang dilakukan oleh orang luar pesantren
sehingga sulit terdeteksi. Overall, Krapyak tetap menjadi pondok yang nyaman
bagi santri-santri yang taat maupun yang bakat ndablek. Taat dan ndablek itu
sebagian besar sudah faktor bawaan. Pengondisian pesantren tidak bisa selalu
berhasil pada setiap individu santri. Sebab kesadaran adalah kunci.
Demikian
ulasan tentang Krapyak yang bolong di sana-sini. Setiap santri punya kesan
sendiri. Ini kesan sih kesan saya :D apapun kesannya, kesimpulannya pasti
Krapyak ngangeni dan istimewa!
Pondok Krapyak Yogya selalu di hati..
BalasHapusKalau untuk mahasiswa itu biaya nya mahal gak?
HapusTergantung kompleknya.. masing" punya kebijakan tersendiri..
HapusPondok Krapyak Yogya selalu di hati..
BalasHapusYang asrama mahasisw daya tampungnya berapa mbak ?
Hapushaha iya bner bngeet itu, krapyak slalu bikin kangen. stiap sudut sudut krapyak pastii punya crita romantis versi Santri Krapyak :)
BalasHapussaya Alvin Hikam Maulidi, Santri Al-Munawwir, Komplek L Krapyak :)
setelah saya baca postingan ini sebenernya saya juga ingin sedikit bercerita hehe.... masih banyak lagii ke-Istimewaan ke-Istimewaan di Krapyak :)
BalasHapusKetinggalan..ada WS, sate pak tuki..hehe
BalasHapusKetinggalan..ada WS, sate pak tuki..hehe
BalasHapusSing paling gak terlupakan iku angkringan e pak semi.. :D (y)
BalasHapusaslkm, mau tanya info, kl jd santri mahad aly krapyak, bs ga kuliah di uin suka misalnya?
BalasHapusAlhamdulillah bisa jadi peserta PKR tahun ini
BalasHapusBoleh bawa alat elektronik gak klo sambil kuliah
BalasHapusBoleh bawa alat elektronik gak kalo sambil kuliah?
BalasHapusPada umumnya diperbolehkan. Tapi ya dikembalikan kepada kebijakan pengasuh komplek masing"...
Hapus